Makassar, MitraMedia (15/7)- Hari ini, hari yang ditunggu tunggu anak sekolahan, termasuk orang tua atau wali siswa mengantarkan anaknya kesekolah. Mulai tingkat dasar sampai menengah atas, tak pelak lagi sang anak girang bukan main, disatu sisi adapula yang stressing, khususnya siswa baru di taman kanak kanak- TK dan Sekolah Dasar, bingung mau diajak kemana, oleh sang bunda tercinta.
Sebelumnya berjibaku dan getol memasukkan anaknya kesekolah yang diinginkan. Sesuai idola sang anak, maupun orang tua. Walaupun diakui beberapa orang tua sempat kecewa, sebut saja Ibu Aminah, sangat kecewa dengan sistem zonasi yang diterapkan oleh pemerintah, Aminah tak dapat lagi menyekolahkan anaknya di SMA negeri yang bersangkutan, terpaksa menyekolahkan anaknya disekolah swasta terpavorit dikota ini, sebagai jalan untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi anaknya.
Lainnya halnya Dg Ngalle, anak penjual sayur, yang sering mangkal disekolah negeri di ujung jalan perintis kemardekaan raya, nampaknya sedih dan gelisah -nangis terus, udah dikasih bangun ganti baju putih, yang dapat dari tetangganya, malah tak mau kesekolah, gumannya pada tetangganya. “Heran juga ini anak, tu lihat, baso, nawir, pergi kesekolah semua nak, temanmu toh, masa’ dikalah ki nak,”, ujar Ngalle, sambil menggendong anaknya kesekolah.
Yang Penting Sekolah?
Amri, salah satu murid alumni sekolah dasar, disekitar jalan Daeng Ramang, Kelurahan Laikang Makassar. Mensterssing ibunya, “ma, saya mau sekolah di SMP 25, banyak temanku disana”, ibu Amri menjawab, dekat rumah mi nak. Dekat, lagi bisa jalan jalan, kalau tidak lulus di pesantren maki nak na.,tapi saya mau ma disana, banyak temanku disana, kalau dipesantren kurang lancarkah mengajiku, juga banyak surah tidak kuhafal,”ya….ya.. tanya bapakmu. Akhirnya hari yang ditunggu, lulus juga si Amri disekolah yang di idamkan.
Sesudahnya itu, dengan girangnya Amri lulus dengan jarak sekolah kurang lebih 750 meter, sementara pilihan keduanya 350 meter. Amri, lalu menceritakan kelulusannya sama teman temannya, dan semua sudah ada perlengkapannya, mulai sepatu baru, hingga topi, hari harinya sangat senang menunggu hari pertama kesekolah, dia rajin membantu ibunya dirumah sesekali main game, lewat hp baru yang diberikan orang tuanya.
“Besok maa, jangan miki antarka, ada ji temanku, samasamaka. Saya kira besok harus diantar, kan ada surat edaran pemerintah, orang tua dihimbau mengantar anaknya kesekolah, Jangan miki saya kira kita juga mau kekantor, biarmi nak, mama antarmi. Jangan mi dech, anak SD ji itu, masa smp diantar,…jangankan smp nak…sma saja diantar, jangan miki. Biarmi mereka diantar, saya jangan mi, ” sambil tersenyum ibunya yang hanya mengantar sampai diberanda rumahnya.
Hanya Himbauan?.
Ini salah satu sisi kehidupan baru anak sekolahan, disatu sisi surat edaran alias himbauan, agar anak di hari pertama kesekokah diharapkan diantar, sebagai hubungan psikologis yang dampaknya sangat baik dalam perkembangan anak, menurut beberapa pakar psikologi anak. Namun tidak menjadi suatu hal yang berarti- buktinya disekolah, khusus pendidikan pertama dan menengah, mengantar anak sekolah untuk melihat situasi dan kondisi sekolah, bukan hal yang menarik untuk diperbincangkan. Walaupun surat edaran hanya sampai kesekolah, tapi tak sampai ke orang tua siswa, hanya info diketahui lewat media sosial, ujar Amir, salah satu orang tua siswa yang anaknya masuk di SMK negeri di Makassar. Wan.