SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INDUSTRI VII 2020
MAKASSAR-MITRAMEDIASIBER.COM- Minggu ini,(9/11) Politeknik ATI MAKASSAR kembali mengadakan seminar nasional tentang Teknologi Industri dan dihadiri beberapa pakar dibidangnya, Dosen di beberapa universitas dan institut yang berhubungan langsung dengan dunia industri di Indonesia yang dihadiri kurang lebih 250 orang.
Dari seminar tersebut, hadir pemateri, Bayu Fiantoro, Psi, VP Corporate University PT Pindad (Persero), Ida RM Sigalingging, secretary of foundation Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yulia Astuti, ST., M.SE., Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, Ir. Iken Retnowulan, MT., Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri,Drs. Dadi Marhadi, MM., Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri;Muhammad Basri, Direktur Politeknik ATI Makassar serta Direktur Politeknik dan Akademi Komunitas di lingkungan Kementerian Perindustrian;
Pada sambutan pembukaan kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, Kementerian perindustrian Eko SA Cahyanto mengatakan dengan tema “Pertumbuhan Industri Manufaktur di Masa Pandemi Covid 19”. Kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB mengalami peningkatan menjadi 17,83% pada Semester I tahun 2020, yang juga tetap menjadi sektor penyumbang PDB terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya. Hanya saja, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan industri mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah terhambatnya aktivitas industri akibat adanya Pandemi Covid-19. Meskipun demikian, pada semester I ini, sektor industri tetap menjadi penyumbang pajak terbesar yaitu 145,3 Triliun atau 29% dari pendapatan pajak nasional. Sementara itu, pada bulan Oktober ini, sektor industri juga mulai menunjukkan aktivitas ekspansi jika kita lihat dari indikator Purchasing Managers Index (PMI) sebesar 47,80 meningkat dibandingkan September 2020 yang sebesar 47,20.
Saat ini, utilisasi sektor industri belum pulih jika kita bandingkan antara pada sebelum pandemi dan saat pandemi. Sebelum pandemi, rata-rata utilisasi sektor industri mampu mencapai 76.29%, sedangkan saat pandemi, rata-rata utilisasi sektor industri baru mampu mengoptimalkan 55.30% kapasitas pabrik.
Dengan adanya pandemi Covid 19 ini, pemerintah bertekad untuk melindungi industri di dalam negeri, terlebih dengan adanya dampak pandemi Covid-19. Salah satunya adalah melalui substitusi impor bahan baku atau bahan penolong serta barang modal untuk sektor industri minimal mencapai 15 persen pada tahun 2021. Sasaran tersebut akan dilanjutkan hingga tahun 2022 sebesar 35 persen. Hal ini tidak menunjukkan bahwa pemerintah tidaklah menjadi “anti-impor”, karena bahan baku dan bahan penolong itu dibutuhkan oleh sektor industri perlu untuk ditingkatkan lagi nilai tambahnya. Tugas Kementerian Perindustrian adalah menjaga keberlangsungan sektor industri di Indonesia. Sebagai contoh, salah satu bahan baku untuk sektor industri kimia yang impornya perlu ditekan. Sedangkan untuk impor barang modal yang perlu disubstitusi, adalah sektor industri permesinan dan elektronik.
Eko SA Cahyanto, mengatakan pula Selama masa pandemi, Kementerian Perindustrian mendorong industri untuk menjaga aktivitas produksinya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) telah di berikan kepada 18.183 perusahaan sehingga 5,1 juta orang tenaga kerja di sektor industri terlibat di dalamnya, di mana 85% di antaranya berada di Pulau Jawa. Sanksi juga diberlakukan kepada 185 perusahaan karena tidak mematuhi aturan dan protokol kesehatan sehingga IOMKI dicabut setelah dilakukan evaluasi baik dari sisi tertib administrasi perusahaan maupun pelanggaran terhadap protokol kesehatan.
Selain kebijakan IOMKI, Kementerian Perindustrian telah mengidentifikasi ada 8 (delapan) plus 1 (satu) isu utama dalam mendorong pembangunan industri yaitu (1) permasalahan bahan baku; (2) Kurangnya Infrastruktur; (3) Kurangnya utility seperti listrik, air, gas, dan pengolah limbah industri; (4) Kurangnya tenaga ahli skill dan supervisor serta superintendant; (5) Tekanan produk impor; (6) Limbah industri; (7) Industri Kecil dan Menengah (IKM) masih mengalami kendala seperti akses pembiayaan, ketersediaan bahan baku dan bahan penolong, mesin peralatan yang tertinggal, hingga pemasaran (8) Permasalahan logistik sektor industri; dan (9) Permasalahan data industri yang belum akurat. Khusus untuk, penyediaan tenaga ahli skill dan supervisor serta superintendant, upaya penyelesaiannya dengan peningkatan pendidikan dan pelatihan tenaga ahli dan tenaga kerja industri melalui program link and match.
Indonesia melalui program “Making Indonesia 4.0” telah menetapkan target utama yaitu menjadi salah satu 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030, dengan kontribusi net export sektor industri sebesar 10%, peningkatan produktivitas tenaga kerja kita 2x lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja, dan setidaknya 2% dari GDP untuk kita alokasikan ke dalam aktivitas R&D teknologi dan inovasi.
Dia pula mengatakan Melalui Making Indonesia 4.0 telah ditetapkan tujuh sektor manufaktur yang mendapatkan prioritas pengembangan agar siap memasuki era industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri kimia, industri otomotif, serta industri elektronika. Selanjutnya, pada tahun 2020 ini, ditambahkan 2 sekto industri, yaitu: industri farmasi dan industri alat kesehatan. Tentunya, sektor – sektor tersebut adalah sektor industri yang telah memiliki kesiapan dan berpotensi memberikan daya ungkit yang paling besar terhadap capaian aspirasi yang telah ditetapkan.
Dalam menyukseskan program Making Indonesia 4.0, Pemerintah telah menetapkan 10 agenda prioritas nasional antara lain : 1) Perbaikan alur aliran barang dan material, 2) Desain ulang zona industri, 3) Akomodasi standar-standar keberlanjutan (sustainability), 4) Pemberdayaan UMKM, 5) Membangun infrastruktur digital nasional, 6) Menarik minat investasi asing, 7) Peningkatan kualitas SDM, 8) Pembangunan ekosistem inovasi, 9) Insentif untuk investasi teknologi, dan 10) Harmonisasi aturan dan kebijakan.
Terkait dengan pengembangan SDM menuju Industry 4.0, Kementerian Perindustrian menyiapkan Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri 4.0 (PIDI 4.0) sebagai salah satu strategi penyiapan SDM Industri 4.0 di Indonesia. PIDI 4.0 ini diharapkan dapat menjadi pengungkit dalam mendorong peningkatan keahlian bagi tenaga kerja industri. PIDI 4.0 dibangun dengan visi menjadi “one stop soluttion for industry 4.0 adoption in Indonesia and window of Indonesia 4.0 to the world”, dengan 5 pilar layanan, meliputi: Showcase center, Capability center, Ekosistem, Delivery, dan Innovation.
Penelitian merupakan salah satu dharma Pendidikan Tinggi. Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) mendorong unit pendidikan tinggi baik Politeknik dan Akademi Komunitas untuk tetap aktif dalam melaksanakan penelitian yang berbasis industri 4.0, khususnya untuk sektor industri yang telah ditetapkan roadmap-nya, yang meliputi:
- Sektor industri makanan dan minuman, yang diharapkan menjadi eksportir makanan dan minuman pada tahun 2030;
- Sektor industri tekstil dan busana, yang diharapkan dapat menjadi pemanufaktur tekstil dengan spesialisasi functional clothing pada tahun 2030;
- Sektor industri otomotif, yang diharapkan menjadi produsen electronic vehicles pada tahun 2030;
- Sektor industri kimia, yang diharapkan menjadi produsen biofuel dan bioplastic pada tahun 2030;
- Sektor industri elektronik, yang diharapkan dapat focus pada industry semiconductor dan industry baterai untuk keperluan industry pada tahun
Semoga seminar nasional yang diselenggarakan pada hari ini dapat menjawab permasalahan-permasalahan pada pengembangan sektor industri manufaktur setelah masa pandemi, ungkapnya sekaligus membuka acara seminar tersebut .
Sementara itu Ditektur Politeknik ATI Makassar Ir. Muhammad Basri MM, pada acara Webinar dengan tema “Pertumbuhan Industri Manufaktur dimasa nasional Pandemi Covid-19”. Acara webinar ini merupakan acara yang diselenggaran oleh Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik ATI Makassar dan akan dilanjutkan dengan presentasi tulisan dari peserta Seminar Nasional Teknologi Industri (SNTI) ke-VII.
Basri pula mengatakan, sebagaimana kita ketahui bahwa semua negara setuju Industri 4.0 dimulai dengan munculnya internet dan teknologi digital. Indonesia sendiri, menjadi salah satu negara yang menerapkan era revolusi industri 4.0. Berbagai teknologi yang menandakan dimulainya revolusi industri 4.0, antara lain; industri manufaktur, transportasi, dan sebagainya.
Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang selama ini berperan penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 yang sedang terjadi di lebih 200 negara, termasuk Indonesia, beberapa pertanyaan dari masyarakat dan pelaku industri muncul terkait perkembangan industri manufaktur di masa pandemi. Indonesia telah meluncurkan roadmap Making Indonesia 4.0 sebagai aspirasi untuk merevitalisasi industri manufaktur di Tanah Air. Inisiatif ini akan memanfaatkan teknologi industri 4.0 dalam perangkat utama produksinya guna memacu daya saing secara lebih efisien,
Basri pula mengungkapkan dengan adanya kegiatan Webinar ini, kami harapkan dapat menjadi sarana bagi pelaku industri untuk mendapatkan informasi terkait strategi dalam menghadapi pandemi, webinar ini juga diharapkan menjadi salah satu langkah awal komunitas dan pemangku kepentingan mendapatkan jawaban dari issue yang sedang berkembang pada era pandemi dan diharapkan setelahnya dapat membantu memberikan pemahaman serta pengalaman yang baik kepada masyarakat, kuncinya(*)